Tak ada kata menipis pada stok beras Indonesia saat ini. Yang ada jumlahnya melimpah. Itulah yang terjadi. Petani terus berproduksi dan panen raya berlangsung di mana-mana. Tentu banyak orang bertanya, dari mana kita tahu soal itu. Jawabnya sederhananya. Bacalah data dan lihatlah fakta.
Kita mulai dari data hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS). Stok cadangan beras nasional (SCBN) pada April 2022 mencapai 10,15 juta ton. Angka ini adalah produksi Januari-Juni 2022 yang mencapai 18,54 juta ton dan prognosis Juli-Desember 2022 yang mencapai 13,53 juta ton.
Dari angka tersebut, puncak panen raya padi pada 2021 dan 2022 terjadi pada Maret dan April lalu. Kemudian, disusul panen periode kedua pada 2022 yang terjadi pada Oktober. Selama masa itulah, Indonesia juga berhasil tidak melakukan impor beras.
Masih dari data yang sama, kebijakan tidak mengimpor beras terjadi sejak 2019. Kondisi berasnya bisa dilihat di gudang Bulog. Artinya, kebijakan tidak mengimpor beras terjadi selama kurang lebih tiga tahun terakhir (2019-2021). Untuk impor beras khusus dan beras pecah lain-lain (menir) memang pernah dilakukan, tetapi dengan jumlah yang sedikit dan hanya untuk kebutuhan industri.
Keberhasilan ini perlu diketahui karena perencanaan program dan mapping sentra padi dilakukan secara teliti dan tetap berkala. Kawasan utamanya ada di delapan provinsi andalan, kawasan pengembangan ada di sembilan provinsi khusus, dan kawasan yang ditargetkan mencapai produktivitas 6 ton ada di 17 provinsi.
Luas panen padi pada 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektare atau mengalami peningkatan 194.710 hektare atau 1,87% jika dibandingkan dengan luas panen padi tahun lalu yang hanya 10,41 juta hektare. Produksi padi pada 2022 mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan 1,25 juta ton atau 2,30% jika dibandingkan produksi padi pada 2021 yang hanya sebesar 54,42 juta ton GKG.
Berdasarkan data tersebut, produksi beras konsumsi pangan penduduk pada 2022 mencapai 32,07 juta ton atau mengalami peningkatan 718.030 ton atau 2,29% jika dibandingkan dengan produksi beras pada 2021 sebesar 31,36 juta ton.
Dari data tersebut, kondisi perberasan Indonesia pada 2022 mengalami surplus sebesar 1,88 juta ton atau meningkat jika dibandingkan surplus 2021 yang hanya sebesar 1,31 juta ton. Kebijakan ke depan perlu ada bufferstock beras dengan kapasitas 1 juta sampai 1,5 juta ton agar swasembada beras tetap berkelanjutan dan bisa diekspor.
Surplus
Prognosis luas panen padi pada 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektare dengan produktivitas 5,2 ton per hektare. Produksi GKG mencapai 55,67 juta ton atau setara 32,07 juta ton beras. Surplus beras dalam setahun mencapai 1,87 juta ton dan surplus kumulatif mencapai 11,64 juta ton.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga menegaskan stok beras nasional tahun ini dalam kondisi aman. Tidak ada penipisan, apalagi kekurangan. Puncak panen pertama bisa mencapai 18 juta ton lebih dan panen kedua 13 juta ton lebih.
Jika melihat mapping yang ada, panen raya di Jawa Timur pada September-Desember tahun ini mencapai 1,15 juta ton, Jawa Tengah 1,01 juta ton, Jawa Barat 1,5 juta ton, dan Sulawesi Selatan 1,6 juta ton. Dengan mapping tersebut, SYL berharap Bulog melakukan penyerapan hingga 1,5 juta ton dan pembelian di atas harga pokok pembelian (HPP).
Yang terbaru, kata SYL, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mencapai 43.000 ton atau meningkat dari stok beras rata-rata sebesar 30.000 ton. Dia pun berharap semua pihak membeli beras petani sebagai ungkapan terima kasih atas produksi yang dilakukan selama ini.
Sebagaimana diketahui, Indonesia baru saja ditetapkan sebagai negara tropis terbaik dunia dalam mempertahankan sistem ketahanan pangan nasional. Terbaru, Indonesia juga menerima penghargaan FAO karena mampu mewujudkan swasembada beras selama 3 tahun berturut-turut.
Melihat data dan fakta di atas, sepatutnya kita berpikir bahwa pertanian adalah sektor yang paling dasar bagi keberlangsungan hidup umat manusia di seluruh dunia. Kita tidak mungkin bisa melakukan apa pun jika makanan di tiap desa dan kota tak ada. Makanan adalah hal paling pokok dan memiliki nilai ibadah di mata Sang Pencipta.
Alhamdulillah, kita bersyukur di tengah turbulensi ekonomi, sektor pertanian tetap tumbuh dan berkembang secara meyakinkan. Produktivitas sektor pertanian meningkat dan ekspor pun melesat. Jangan ada lagi kata impor, karena hal itu sungguh menyakitkan petani.
Sudah saatnya kita berbangga karena Indonesia mampu mewujudkan swasembada. Tidak ada kata lain, selain harus maju, mandiri, dan modern. Bertani itu hebat, pertanian itu keren.